View of Bulakan Beach

Jumat, 30 Desember 2011

Tips Mengerjakan Tesis dan Skripsi

Sebagaimana diketahui bersama bahwa masih banyak mahasiswa yang menghadapi permasalahan dalam mengerjakan Tesis dan Skripsi. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang metodologi penelitian atau juga karena kurangnya latihan dalam menulis karya ilmiah. Permasalahan ini dapat dimaklumi, karena metode pengajaran yang dilakukan di Universitas umumnya kurang efektif. Dosen umumnya hanya memberikan modul atau materi-materi untuk dipelajari, bukan untuk didiskusikan dengan mahasiswa. Para dosen juga sangat jarang dalam memberikan latihan kepada mahasiswa untuk membuat suatu penelitian atau research.

Dosen juga cenderung sangat otoriter yang merasa pendapatnya yang paling benar, padahal belum tentu benar, karena manusia pasti pernah berbuat suatu kesalahan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau wawasan dan pengetahuan pada beberapa mahasiswa dalam dunia penelitian sangat dangkal.
 Saya pun mengalami hal tersebut, saya yang sekarang sedang dalam mengerjakan skripsi, perlu banyak melakukan berbagai tips untuk mempermudah dan mempercepat penyelesaian skripsi saya. Lalu bagaimanakah cara mengerjakan Tesis dan Skripsi?

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam  mengerjakan Tesis dan Skripsi sebagai berikut :

1. Pilihlah judul Tesis dan Skripsi yang  simpel, mudah diukur.
2. Buat perencanaan waktu dan biaya yang dibutuhkan dalam
mengerjakan Tesis dan Skripsi.
3. Cari dan kumpulkan buku teks, jurnal-jurnal, artikel-artikel,
dan karya ilmiah yang  relevan dengan penelitian anda di perpustakaan
atau browsing di internet.
4. Tentukan metode penelitian Tesis dan Skripsi anda (kualitatif
atau kuantitatif).
5. Tentukan analisis data penelitian anda (statistik atau non statistik).
6. Kumpulkan data penelitian anda (data primer atau data sekunder).
7. Olah data anda sesuai dengan analisis data yang anda tentukan.
8. Beri kesimpulan pada penelitian anda.
9. Jika anda kesulitan, jangan malu bertanya pada teman kuliah atau
diskusikan kesulitan yang anda hadapi dengan dosen pembimbing.
10. Persiapkan diri anda secara matang untuk mengikuti ujian, jika
Tesis dan Skripsi anda sudah disetujui dan layak uji.
11. Saya ucapkan selamat pada anda, jika berhasil mengerjakan Tesis
dan Skripsi dan lulus dalam ujian pendadaran.
Selamat Mencoba, dan smoga sukses!!!! :)

Salam Hangat,
Fadlia Musliha

Kamis, 29 Desember 2011

4 Penyebab biaya mahal logistik di Indonesia

Peringkat RI merosot ke posisi 75.

Gabungan Forwarder, Logistik, dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) mengidentifikasi empat penyebab mahalnya biaya penanganan logistik di Tanah Air sebagai rekomendasi yang segera disampaikan kepada pemerintah. Wakil Ketua Bidang Kepabeanan dan Kepelabuhanan DPP Gafeksi Hery Susanto mengatakan saat ini penanganan logistik di Indonesia berdasarkan biaya menempati urutan ke-75 di dunia atau merosot tajam dari sebelumnya di posisi ke-43.

Faktor penyebab mahalnya penanganan logistik itu terkait dengan pelayanan di pelabuhan tidak efisien, penanganan dokumen kepabeanan, maraknya pungutan liar, dan buruknya infrastruktur logistik di dalam negeri. Mahalnya ongkos logistik di Indonesia menjadi fokus bersama untuk dicarikan solusi dalam rangka menghadapi globalisasi sistem logistik di Asean yang terintegrasi dengan pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean atau Asean Economic Community (AEC) pada 2015. Pengintegrasian logistik Asean akan didukung dengan kebijakan liberalisasi logistik yang antara lain meliputi bidang usaha sea cargo handling (penanganan kargo laut), storage and warehousing (penyimpanan dan pergudangan), agen transportasi, jasa kurir, layanan paket, kepabeanan, broker kargo, inspeksi kargo, dan jasa dokumen transportasi. Waktu penyelesaian pengeluaran barang di pelabuhan Indonesia juga masih jauh lebih lama dibandingkan dengan beberapa negara di Asean.

Dicontohkan sebagai berikut, waktu penanganan pengeluaran barang di pelabuhan Singapura rata-rata hanya 0,8 hari dan Malaysia 1,7 hari, sedangkan di pelabuhan Indonesia membutuhkan waktu hingga 3 hari untuk barang yang masuk kategori jalur hijau dan lebih dari 5 hari untuk jalur merah.

Diperlukan persiapan SDM logistik nasional yang bisa bersaing menghadapi globalisasi tersebut, di sisi lain pemerintah harus memangkas seluruh hambatan yang menyebabkan mahal-nya ongkos logistik. Sehingga, Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di dalam menciptakan kegiatan yang efektif dan efisien, serta dapat meng-CUT COST logistik dan meningkatkan kualitas produk serta pelayanan kepada customer dan dapat bersaing dalam perdagangan global.


Salam,
 Fadlia Musliha

Selasa, 20 Desember 2011

Pusat Dunia Mainan, Pasar Prumpung

Pasar itu berada dipertigaan dua jalan besar, yaitu Jalan Achmad Yani dan Jenderal Basuki Rahmat. Tak jauh dari tempat itu, terdapat Universitas Mpu Tantular dan kampus saya yaitu Sekolah Tinggi Manajemen Transpor (STMT) TRISAKTI dan Pasar Cipinang Baru. Meski dinamakan pasar, namun lokasi itu tak seperti pasar, karena hanya berupa deretan bangunan semi permanen dipinggir jalan raya.

Dan jangan membayangkan bangunan berupa kios-kios ini akan menjual berbagai ragam yang biasa terdapat di pasar. Karena yang dijual disini sebagian besar adalah mainan anak-anak, peralatan tulis menulis, pernak-pernik hiasan rambut dan aksesoris. Selain itu tempat untuk berjalan hanya cukup untuk dua orang. Tak heran, bila disini, orang kerap bersenggolan, baik badan maupun bokong.

Di Pasar Gembrong atau Pasar Prumpung atau Pasar Senggol ini, kalau bisa jangan membawa anak-anak. Karena sama saja menguras isi kantong Anda, karena harga yang ditawarkan di pasar ini bisa membuat mata mendelik dan silap mata. Mendelik bukan dalam artian karena harganya mahal, tetapi bingung karena mau ditawar berapa lagi.

Karena itulah, jangan heran kalau yang datang kesini tidak hanya kaum kaya raya yang uangnya bisa diibaratkan tak berseri, tetapi juga kalangan menengah kebawah. Dipasar ini disediakan permainan anak mulai dari mobil-mobilan (dari yang terkecil hingga terbesar) atau mobil Tamiya, boneka-boneka terutama barbie (dari yang termurah hingga termahal) dan segala pernak perniknya seperti baju barbie beraneka jenis, rumah-rumahan barbie, kendaraan barbie, dan tempat tidur serta meja hias barbie.

Selain itu dijual juga mainan seperti yoyo, ludo aneka jenis, peralatan mandi bola, kereta api dari yang lengkap dengan rel pendek atau panjang, kartu-kartu, atau pistol-pistolan. Sedangkan alat tulis, mulai dari buku tulis, buku gambar, pinsil dari yang termurah hingga termahal, pinsil warna berbagai jenis bahkan merek staedler ada, crayon hingga 36 warna, tempat pinsil, tempat minum, celengan berbagai jenis, karpet abjad berbagai warna, pulpen, penghapusan dan sebagainya.

Harga yang ditawarkan untuk semua jenis barang itu bisa dikatakan murah alias miring. Bayangkan saja harga yang ditawarkan untuk satu jenis boneka barbie produk dari Cina, yang biasanya ada juga di mall-mall bukan penjual resmi boneka Barbie buatan Mattel, sekitar Rp 35 ribu, belum ditawar. Kalau kita pandai menawar satu boneka bisa dihargai sekitar Rp 15 ribu. Untuk boneka barbie buatan Mattel sendiri, dihargai sekitar Rp 150 ribu, bayangkan dengan harga boneka Barbie buatan Mattel yang berada di Mall Kelapa Gading yang mencapai Rp 200 - hingga Rp 250 ribu tanpa bisa ditawar tentu saja ! Belum lagi baju barbie yang dijual Rp 10.000 untuk 3 jenis pakaian.

Untuk harga peralatan tulis dan aneka mainan lainnya, juga tidak jauh berbeda. Apalagi jika Anda membelinya dengan partai besar atau grosiran. Bayangkan saja, untuk satu set tempat pinsil yang berisi pinsil, rautan dan penghapusan dihargai sekitar Rp 5000 dan jika Anda membelinya setengah lusin atau 12 biji maka harga perlusinnya bisa sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu, tempat tabungan (celengan) aneka macam 1 lusin dihargai Rp 150.000, persatuannya Rp 15 ribu. Dan kertas kado isi 10 jenis seharga Rp 6000.

Murahnya harga di Pasar Prumpung atau Pasar Gembrong atau Pasar Senggol ini membuat pasar ini selalu dipenuhi pembeli setiap harinya. Apalagi pada hari Sabtu, Minggu dan liburan, para pembeli tidak hanya para konsumen yang ingin lagi menjual barang yang dibeli dari pasar tersebut, tetapi juga konsumen yang membeli untuk kebutuhan pribadi. Oh ya, pasar ini buka dari pukul 07.00 hingga pukul 19.00 WIB.

Seperti yang dilakukan Ajat, seorang pedagang aneka jenis aksesoris rambut dan perhiasan imitasi di kawasan Klender, Jakarta Timur. Menurut Ajat, sebelum tahu Pasar Prumpung, ia kerap membeli barang jualannya di wilayah Kota, tepatnya di Asemka, yang memang terkenal sebagai sorga barang grosiran. "Saya tuh dikasih tahu sama teman yang ternyata suka belanja di Pasar Prumpung dan bilang harganya gak jauh beda dengan Asemka. Karena katanya pemasok di Pasar Prumpung hampir sama dengan yang di Asemka. Karena lokasinya juga deket sama tempat tinggal saya di Klender, saya jadi belanja kesini aja setiap seminggu sekali," jelas Ajat yang berjualan di sekolah-sekolah di Klender.

Keuntungan yang didapat Ajat dari berjualan barang-barang tersebut cukup lumayan. Karena untuk para konsumen yang akan menjual kembali barang-barang yang dibeli di Pasar Prumpung, akan diberi harga khusus. "Apalagi kalau sudah kenal dan jadi pelanggan di satu tempat, kita bisa minta barang dulu trus bayarnya nanti bulanan. Enaknya lagi, untuk barang-barang tertentu bisa dikembaliin dan diganti baru kalau memang gak laku. Jadi kita ngejualnya enak," lanjut pria kelahiran Karawang ini. "Apalagi, anak-anak sekarang kan tau model dan suka tanya ada ikat rambut yang model baru. Untungnya di Pasar Prumpung, barang-barangnya gak ketinggalan jaman dan selalu ada model baru".

Sementara bagi Wulan, perempuan pekerja yang memiliki tiga orang anak, Pasar Prumpung merupakan sorganya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya akan mainan dan alat tulis. "Wah kalau saya sih bisa dibilang hampir tiap dua minggu sekali kesini. Ada aja yang dicari, kalau gak mainan, alat-alat tulis, ikat-ikat rambut dan perhiasan imitasi. Malah sekedar jalan-jalan, buat cuci mata karena kebetulan rumah saya di Duren Sawit gak jauh dari sini," jelas wanita berkulit putih dan bertubuh langsing itu.

"Anak saya kan dua orang perempuan, jadi seneng aja lihat macam-macam ikat rambut yang harganya bisa kita suka lupa diri. Bayangin aja, satu jenis ikat rambut satu lusinnya seharga Rp 12 ribu. Padahal satu jenis itu terdiri dari 24 ikat rambut, yang kalau dijual sama abang-abang penjual ikat rambut, dihargai Rp 1000 untuk satu ikat rambut. Berarti kan kita udah untung Rp 12 ribu. Apalagi kalau beli di mall, wah dua ikat rambut sejenis harganya bisa mencapai Rp 12 ribu. Belum lagi karet-karet rambut aneka warna itu, kalau disini untuk yang kualitas murahan harganya hanya Rp 500 perak. Makanya saya kalau kesini suka ngeborong...he...he," kata Wulan sambil tertawa.

Tidak hanya aksesoris rambut, Wulan juga kerap membeli alat tulis dalam jumlah banyak karena kebetulan ketiga anaknya sudah bersekolah, sementara ia dan suaminya pun bekerja. "Kalau untuk mainan tidak terlalu heboh karena anak saya yang paling besar laki-laki sudah kelas 3 SMP, nomor dua dan tiga perempuan, masing-masing di kelas 6 dan 1 SD. Paling yang kecil aja masih suka sama boneka Barbie. Kalau yang laki cuma suka sama mobil Tamiya, itu aja kalau gak beli gak apa-apa".

Ternyata kesukaannya itu bisa juga menghasilkan, karena barang-barang yang dibelinya di Pasar Prumpung juga ditawarkannya kepada teman-teman sekantornya yang sudah mempunyai anak. "Sekedar jualan aja, gak rutin. Kalau ada yang bagus dan lucu, biasanya saya tawarin sama teman kantor dan harganya juga gak terlalu jauh berbeda. Yang penting kembali modal aja. Yang sering sih teman-teman beli perhiasan rambut sama alat tulis," ungkapnya.

Sementara bagi Eva, seorang pedagang alat-alat tulis menulis, perlengkapan sekolah dan stationary lainnya, keuntungan yang diraihnya bisa dikatakan lumayan. Tanpa mau menyebutkan berapa pastinya, menurut Eva keuntungan perbulannya sudah bisa menutupi harga sewa kios berukuran 1,5 x 3 meter sebesar Rp 3 juta per tahun.

Wanita berkulit putih ini sudah sejak tahun 2000 berjualan di Pasar Prumpung. Awalnya ia ikut saudaranya berdagang di Asemka, yang kemudian melebarkan daerah dagangannya ke Pasar Prumpung ketika pasar tersebut mulai terkenal sebagai pusat grosiran baru di tahun 1998. "Makanya barang-barang dagangan saya ini bisa dibilang asalnya dari Asemka. Kualitasnya juga bagus dan kebanyakan pembeli ditempat saya juga jadi pelanggan," jelas wanita lajang ini.

Meski saingannya di Pasar Prumpung cukup banyak (ada sekitar 10 pedagang alat tulis), namun Eva tidak khawatir barang dagangannya tidak laku. Ia percaya rejeki itu pasti ada selama mau berusaha. "Buat apa takut, kan yang belanja gak cuma satu atau dua orang. Selain itu kita juga punya pelanggan yang senang dengan service yang kita berikan. Alhamdulillah, ditempat saya, setiap hari ada saja yang beli," kata Eva yang selalu ramah melayani pembeli dan tidak pernah menampilkan muka masam itu. "Kalau saya cemberut, ntar yang beli gak jadi deh...he....he...".

Pasar Prumpung sendiri sudah ada sejak tahun 1960-an. Dahulu di pasar ini merupakan pasar tradisional yang menyediakan berbagai macam jenis sayuran, ikan, dan lainnya. Pada tahun 1998, seusai kerusuhan, beberapa warga sekitar Cipinang, mulai membangun kios disana. Awalnya hanya beberapa pedagang yang menjual mainan dan perlengkapan menulis namun kemudian berkembang menjadi grosiran hingga sekarang.

Cara Mudah Memulai Bisnis / Usaha Sambilan

Untuk memulai usaha atau bisnis janganlah menunggu kondisi yang ideal. Modal yang cukup, lokasi yang strategis, karyawan yang cakap, waktu yang luang untuk memulai bisnis adalah kondisi yang ideal. Dan untuk mendapatkan semuanya dalam waktu yang bersamaan tentu butuh pengorbanan yang lebih besar.

Apalagi bagi kita-kita yang masih berstatus sebagai mahasiswa/i pada semester akhir, menunggu kondisi ideal bisa menjadi pilihan yang sulit.

Salah satu pilihan bagi seorang mahasiswa/i untuk memiliki bisnis sendiri adalah membuka usaha sambilan. Sehingga kita bisa berusaha mendapatkan tambahan penghasilan lewat usaha yang kita rintis dan tetap dapat bekerja dan mendapatkan gaji ketika waktunya tiba.

Membuka usaha sambilan bisa menjadi pilihan yang menyenangkan kalau kita bisa menentukan jenis usaha dan skala usaha sesuai minat dan kemampuan kita. Kalau memang kita punya kondisi yang ideal, pilihan untuk membuka perusahaan, membuka toko, atau mengambil franchise adalah pilihan yang tepat.

Tapi bagi yang belum berani untuk mengambil resiko dengan membuka toko sendiri, ada satu pilihan yang mudah untuk segera memulai usaha, yaitu dengan sistem KONSINYASI.

Dengan sistem konsinyasi kita menitipkan barang dagangan kita ke toko, kios, atau minimarket / supermarket orang lain. Kita tidak perlu memiliki toko sendiri dan tidak perlu memiliki karyawan sendiri. Jelas akan menghemat banyak biaya. Kita hanya perlu menanamkan modal pada barang dagangan dan investasi waktu plus tenaga untuk menawarkan ke toko orang lain. Barangnyapun tidak harus buatan sendiri, bisa barang yang kita beli grosiran kemudian kita titipkan ke beberapa toko.

Kesepakatan Konsinyasi bisa fleksibel, untuk toko-toko kecil, cukup dilakukan secara kekeluargaan / musyawarah mufakat dan dengan kesepakatan yang lebih mudah. Berapa barang yang ditaruh, berapa harganya, kapan mau dicek, kapan dilakukan pembayaran, dan kesepakatan lain dibicarakan bersama dan setelah deal atau kedua pihak sepakat maka Konsinyasi bisa dijalankan. Ada baiknya kesepakatan ini dilakukan secara tertulis (dan memang seharusnya tertulis) meskipun dalam format yang sederhana, sehingga jika ada perselisihan, sudah ada pedomannya.

Untuk menitipkan barang ke perusahaan yang sudah besar (minimarket atau supermarket) tentu persyaratannya lebih ketat. Pihak supermarket sudah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Bagaimana kalau barang tidak laku? Pemilik barang biasanya menukar dengan barang lain dan mungkin barang yang tidak laku dapat mungkin sekali laku di tempat lain. Jadi kalau mau menitipkan barang konsinyasi sebaiknya jangan hanya ke satu toko. Kalau bisa menitipkan barang ke banyak toko, sama saja kita punya toko banyak tanpa harus sewa toko, tanpa harus membayar karyawan, dan uangpun mengalir.

Salam,
Fadlia Musliha